Beranda | Artikel
Karena Bakti Tak Kenal Hari
Jumat, 29 Januari 2016

Ya, bakti memang tiada mengenal hari terlebih bakti kepada orang tua. Ia harus senantiasa ada, karena jasa keduanya terlalu besar untuk dilukiskan meski dengan menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Setiap anak yang sayang dan cinta kepada kedua orang tuanya tentunya ingin sekali membahagiakan keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Setiap anak yang shalih tentu faham betul akan firman Allah ini, (yang artinya): “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS Al-Israa’ : 23). Ayat yang agung ini, menjelaskan tentang pentingnya berbuat baik kepada orangtua, langkah-langkah yang harus ditempuh seorang anak dalam merealisasikan birrul walidain, terlebih lagi jika mereka telah berusia lanjut. Anak yang shalih tentunya ingin sekali memasuki surga bersama kedua orangtuanya, dengan tiket birrul walidain ini. Berikut beberapa cara berbakti kepada kedua orangtua.

1. Bakti semasa hidupnya

a.Ajarkan mereka tentang tauhid yang benar, jika mereka belum memahami apa itu tauhid.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “ Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56). Ajarkanlah orangtua kita memahami makna tauhid, mengesakan Allah dalam beribadah. “ Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun (QS: An Nissa’: 36). Jika kita mendapati orangtua kita belum menjalankan sholat, maka ajaklah mereka dengan santun dan lembut agar mereka mau melaksanakan sholat. Jika mereka belum melaksanakan puasa dan amalan wajib lainnya, ajaklah mereka dengan penuh kasih sayang, bimbinglah mereka dengan kelembutan dan terus meneruslah berdo’a agar Allah meberikan hidayah kepada mereka. Lebih-lebih lagi ketika orang tua kita masih melakukan kesyirikan, maka kita harus senantiasa menasihatinya agar tidak sampai meninggal dalam keadaan membawa dosa syirik tersebut. Cara lainnya dengan meminta bantuan menyampaikan nasihat-nasihat tersebut lewat orang yang disegani oleh kedua orangtua kita. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menyelamatkan orangtua kita dari jurang kesyirikan dengan berbagai cara.


b. Ajarkan mereka tentang sunnah, jika mereka belum mengenal sunnah Nabi.

Ketika ada yang berbuat baik kepada kita, tentunya kita akan cepat-cepat membalas kebaikan orang tersebut, minimal mengucapkan terima kasih dan mendoakan orang tersebut. Nah, bagaimana timbal balik kita kepada orang yang sejak kita belum menatap di dunia ini, sejak kita berada di dalam rahim? Mereka telah banyak sekali berbuat baik kepada kita. Tentulah, mereka harus lebih kita balas kebaikannya. Salah satu cara berbuat baik kepada mereka adalah dengan mengenalkan sunnah-sunnah nabi kepada mereka. Termasuk di dalamnya kita mengajarkan dan mengajak mereka mempraktikkan sunnah-sunnah nabi, diantaranya mengajarkan berhijab untuk ibu kita, membiayai keberangkatan haji dan umroh keduanya, membayarkan hutang-hutang mereka dan lain-lain.

c. Penuhi kebutuhan mereka, dan tahanlah lisan kita untuk berkata kasar kepada mereka.
Tentu mempraktikkan hal ini tidaklah gampang, apalagi setelah kita jumpai orangtua kita dalam usia lanjut. Banyak hal-hal yang membuat sang anak menjadi naik pitam, dan memancing rasa ketidaksabaran. Disinilah kita diuji, ingat kembali dan buka kembali lembaran album memori ketika kita masih kecil, bagaimana orangtua kita dengan rasa sabarnya menjawab pertanyaan kita yang berulang-ulang, bagaimana orangtua yang menghadapi kita ketika kita ngambek saat kita tidak dibelikan ini dan itu, ingatlah kesedihan dan kepanikan mereka ketika kita terjatuh, ketika sakit atau hal-hal buruk lainnya yang menimpa kita. Ingatlah, kita tidak akan dapat membalas, satu erangan sakit ibu kita ketika melahirkan. Kita juga tidak dapat membalas, bagaimana ayah kita yang berpeluh keringat memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (HR. Muslim). Lihatlah, betapa agungnya hak orang tua, karena sulitnya untuk dapat membalas kebaikan mereka, bahkan untuk membalas satu tarikan nafas seorang ibu ketika melahirkan, sungguh kita tidak dapat membalasnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551). Hadits yang mulia ini merupakan cambuk bagi kita, seorang anak jangan sampai mentelantarkan kedua orangtuanya. Karena orangtua adalah pintu surga kita. Kunci kita untuk memasuki surga, yaitu dengan cara berbakti kepada mereka, memperhatikan hak-hak mereka dan membahagiakan mereka.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita, apalagi jika diberi kesempatan dengan keberadaan mereka di sisi kita. Sertailah selalu mereka dalam setiap do’a-do’a yang kita panjatkan, bahagiakanlah mereka, perhatikan kondisi mereka. Bahkan generasi terdahulu yang shalih berlomba-lomba dibarisan terdepan dalam membagiakan kedua orang tua mereka. Bukalah kembali kisah menawan Uwais Al Qorni, seorang tabi’in yang terkenal di penduduk langit, yang memiliki do’a mustajab jika dia berdo’a, karena baktinya kepada ibunya.

Duhai Ibu dan Ayah, ananda ingin sekali memasuki surga bersama kalian….

2. Bakti setelah mereka tiada

Berbakti kepada orang tua tidak berhenti, meskipun mereka telah menghadap Rabb Azza wa Jalla. Masih ada banyak cara yang harus ditempuh untuk meneruskan bakti kepada orang tua yang sudah tiada. Bahkan bertambah banyak cara untuk berbakti kepada mereka. Yaitu Perbanyak Istighfar dan Jaga Silaturrahmi dengan kerabat Ayah dan Ibu kita. Anas bin Malik As Sa’idi, ia berkata: “Saat aku duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seorang lelaki dari kaum Anshar yang datang dan bertanya: “Wahai, Rasulullah! Apakah masih ada (perkara) yang tersisa yang menjadi tanggung jawabku berkaitan dengan bakti kepada orang tuaku setelah mereka berdua meninggal yang masih bisa aku lakukan?” Nabi menjawab: “Betul. (yaitu) ada empat hal: engkau do’akan dan mintakan ampunan bagi mereka, melaksanakan janji mereka, serta memuliakan sahabat-sahabat mereka, juga menyambung tali silaturahmi dengan orang yang ada hubungannya dengan ayah ibu. Inilah (kewajiban) yang masih tersisa dalam berbakti kepada orang tuamu setelah mereka meninggal”. [HR Abu Dawud dan Ahmad, hasan]. Dalam hadits ini terdapat empat point penting yang disampaikan oleh Rasulullah, bagaimana cara seorang anak berbakti kepada orangtua yang telah tiada: (1) Do’akan kedua orang tua kita dan mintakan ampunan bagi mereka, (2) melaksanakan janji mereka jika tidak melanggar syari’at, (3) memuliakan sahabat-sahabat orangtua kita, dan (4) menyambung silaturahmi dengan karib kerabat orang tua kita (kakek, nenek, paman, bibi) dan keluarga ayah dan ibu kita.

Allah meninggikan kedudukan orang tua lantaran istighfar anak mereka. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang lelaki yang kedudukannya terangkat di syurga kelak.” Ia pun bertanya, ”Dari manakah balasan ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu”. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad, shahih). Maka, perbanyaklah beristighfar untuk kedua orangtua kita, karena istighfar kita bermanfaat untuk mereka. Hadits ini diperkuat oleh hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam Shahîh Muslim: Ketika seorang manusia meninggal, maka putuslah amalannya darinya kecuali dari tiga hal, (yaitu) sedekah (amal) jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakannya.

Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithiy hafidzahullah Beliau mengatakan, Diantara manusia:

1. Diberi rizqi untuk berbakti kepada orang tua tatkala keduanya masih hidup namun terhalangi untuk berbakti kepada keduanya setelah tiada. Yang dimaksudkan adalah seseorang melupakan kedua orang tuanya (yang telah tiada), tidak memohonkan ampun kepada mereka, tidak bersedekah atas nama mereka, tidak mendoakan kebaikan untuk mereka. Dia menjadi anak yang lalai kepada orang tuanya.

2. Sebagian mereka diberi rizqi berbakti kepada kedua orang tuanya saat hidup dan setelah mati. Inilah derajat paling tinggi berbakti kepada orang tua.

3. Sebagian mereka berbakti kepada orang tua yang telah tiada lebih besar baktinya dari pada tatkala keduanya masih hidup. Inilah tingkatan berbakti yang paling jujur. Karena mereka berdua tidak melihatmu dan engkau pun tidak perlu malu kepada keduanya (jika tidak berbuat baik kepada mereka). Maka baktimu kepada keduanya dengan doa, permohonan ampunan setelah keduanya mati adalah bentuk bakti yang paling baik dan sempurna.
Akhil Kariim, perbanyaklah berbakti kepada orang tua jika mereka masih berada disisimu, dan perbanyak istighfar mohon ampunan untuk kedua orang tua jika mereka telah tiada… Karena Bakti tak kenal hari, di saat mereka ada maupun telah tiada…. Semoga Allah mengumpulkan kita dengan orang tua kita nantinya di dalam jannatal firdaus A’la.

Penulis : Putra, ST. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Murojaah : Ust. Abu Salman, BIS


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/karena-bakti-tak-kenal-hari/